November 11, 2009

tata nama tanaman

Tatanama biologiOneRiotYahooAmazonTwitterdel.icio.us

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Tata nama dalam biologi telah mengalami perubahan berkali-kali semenjak manusia mencatat berbagai jenis organisme. Plinius dari masa Kekaisaran Romawi telah menulis sejumlah nama tumbuhan dan hewan dalam ensiklopedia yang dibuatnya dalam bahasa Latin. Sistem penamaan organisme selanjutnya selalu menggunakan bahasa Latin dalam tradisi pencatatan Eropa. Hingga sekarang sukar dijumpai sistem penulisan nama organisme yang dipakai dalam tradisi Arab atau Tiongkok. Kemungkinan dalam tradisi ini penulisan nama menggunakan nama setempat (nama lokal). Keadaan berubah setelah cara penamaan yang lebih sistematik diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus dalam kitab yang ditulisnya, Systema Naturae ("Sistematika Alamiah").

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Tatanama binomial

Tatanama binomial (binomial berarti 'dua nama') merupakan aturan penamaan baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewan oleh penyusunnya (Carolus Linnaeus), namun kemudian segera diterapkan untuk bakteri pula. Sebutan yang disepakati untuk nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific name). Awam seringkali menyebutnya sebagai "nama latin" meskipun istilah ini tidak tepat sepenuhnya, karena sebagian besar nama yang diberikan bukan istilah asli dalam bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh orang yang pertama kali memberi pertelaan atau deskripsi (disebut deskriptor) lalu dilatinkan.

Penamaan organisme pada saat ini diatur dalam Peraturan Internasional bagi Tatanama Botani (ICBN) bagi tumbuhan, beberapa alga, fungi, dan lumut kerak, serta fosil tumbuhan; Peraturan Internasional bagi Tatanama Zoologi (ICZN) bagi hewan dan fosil hewan; dan Peraturan Internasional bagi Tatanama Prokariota (ICNP). Aturan penamaan dalam biologi, khususnya tumbuhan, tidak perlu dikacaukan dengan aturan lain yang berlaku bagi tanaman budidaya (Peraturan Internasional bagi Tatanama Tanaman Budidaya, ICNCP).

[sunting] Aturan penulisan

  • Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama ("epitet" dari epithet) genus di awal dan nama ("epitet") spesies mengikutinya.
  • Nama genus SELALU diawali dengan huruf kapital (huruf besar, uppercase) dan nama spesies SELALU diawali dengan huruf biasa (huruf kecil, lowercase).
  • Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya (artinya, suatu teks yang semuanya menggunakan huruf kapital/balok, misalnya pada judul suatu naskah, tidak menjadikan penulisan nama ilmiah menjadi huruf kapital semua) kecuali untuk hal berikut:
1. Pada teks dengan huruf tegak (huruf latin), nama ilmiah ditulis dengan huruf miring (huruf italik), dan sebaliknya. Contoh: Glycine soja, Pavo muticus. Perlu diperhatikan bahwa cara penulisan ini adalah konvensi yang berlaku saat ini sejak awal abad ke-20. Sebelumnya, seperti yang dilakukan pula oleh Carolus Linnaeus, nama atau epitet spesies diawali dengan huruf besar jika diambil dari nama orang atau tempat.
2. Pada teks tulisan tangan, nama ilmiah diberi garis bawah yang terpisah untuk nama genus dan nama spesies.
  • Nama lengkap (untuk hewan) atau singkatan (untuk tumbuhan) dari deskriptor boleh diberikan di belakang nama spesies, dan ditulis dengan huruf tegak (latin) atau tanpa garis bawah (jika tulisan tangan). Jika suatu spesies digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku sekarang, nama deskriptor ditulis dalam tanda kurung. Contoh: Glycine max Merr., Passer domesticus (Linnaeus, 1978) — yang terakhir semula dimasukkan dalam genus Fringilla, sehingga diberi tanda kurung (parentesis).
  • Pada penulisan teks yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah biasanya menyusul dan diletakkan dalam tanda kurung.
Contoh pada suatu judul: "PENGUJIAN DAYA TAHAN KEDELAI (Glycine max Merr.) TERHADAP BEBERAPA TINGKAT SALINITAS". (Penjelasan: Merr. adalah singkatan dari deskriptor (dalam contoh ini E.D. Merrill) yang hasil karyanya diakui untuk menggambarkan Glycine max. Nama Glycine max diberikan dalam judul karena ada spesies lain, Glycine soja, yang juga disebut kedelai.).
  • Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali. Penyebutan selanjutnya cukup dengan mengambil huruf awal nama genus dan diberi titik lalu nama spesies secara lengkap. Contoh: Tumbuhan dengan bunga terbesar dapat ditemukan di hutan-hutan Bengkulu, yang dikenal sebagai padma raksasa (Rafflesia arnoldii). Di Pulau Jawa ditemukan pula kerabatnya, yang dikenal sebagai R. patma, dengan ukuran bunga yang lebih kecil.
Sebutan E. coli atau T. rex berasal dari konvensi ini.
  • Singkatan "sp." (zoologi) atau "spec." (botani) digunakan jika nama spesies tidak dapat atau tidak perlu dijelaskan. Singkatan "spp." (zoologi dan botani) merupakan bentuk jamak. Contoh: Canis sp., berarti satu jenis dari genus Canis; Adiantum spp., berarti jenis-jenis Adiantum.
  • Sering dikacaukan dengan singkatan sebelumnya adalah "ssp." (zoologi) atau "subsp." (botani) yang menunjukkan subspesies yang belum diidentifikasi. Singkatan ini berarti "subspesies", dan bentuk jamaknya "sspp." atau "subspp."
  • Singkatan "cf." (dari confer) dipakai jika identifikasi nama belum pasti. Contoh: Corvus cf. splendens berarti "sejenis burung mirip dengan gagak (Corvus splendens) tapi belum dipastikan sama dengan spesies ini".
  • Penamaan fungi mengikuti penamaan tumbuhan.
  • Tatanama binomial dikenal pula sebagai "Sistem Klasifikasi Binomial".

taksonomi

Rumput Belulang Rumput Belulang Eleusine indica Jukut Pahit Jukut Pahit Axonopus compressus
Rumput Merak
Rumput Merak Themeda arguens
Kembang Merak Kembang Merak Caesalpinia pulcherrima Kol Banda Pisonia alba Kersen Kersen Muntingia calabura
Asam Jawa Tamarindus indica
flamboyan
Zebrina Zebrina Zebrina pendula Wijen Wijen Sesamum indicum
Waru Lengis Waru Lengis Hibiscus tiliaceus Urang Aring Urang Aring Eclipta alba
Turi Sesbania grandiflora Terung Belanda Terung Belanda Cyphomandra betacea
Teratai Putih Teratai Putih Nymphaea alba Teratai Teratai Nymphaea nouchali
Glodokan
Tempuyung Tempuyung Sonchus arvensis Teki Teki Cyperus rotundus
Tekelan Tekelan Chromolaena odorata Teh Teh Camellia sinensis
Tebu Tebu Saccharum officinarum Tapak Liman Tapak Liman Elephantopus scaber
Tanjung Tanjung Mimusops elengi Tali Putri
Tahi Ayam Tahi Ayam Lantana camara Suweg Suweg Amorphophallus campanulatus
Susudu Susudu Euphorbia antiquarum Suruhan Suruhan Peperomia pellucida
Sukun Sukun Artocarpus communis Suji Suji Pleomele angustifolia
Srikaya Srikaya Annona squamosa Sri Pagi Sri Pagi Ipomoea cairica
Tali Putri Cassytha filiformis
Glodokan Polyalthia longifolia

cara membuat kerajinan tangan

Bunga Untuk Hiasan dari kertas Daur Ulang

Sebelumnya Kita sudah belajar membuat kertas daur ulang, Selain untuk dijadikan lembaran kertas, bubur kertas yang dengan kandungan air lebih sedikit bisa dibuat aplikasi untuk dijadikan hiasan caranya: 1. Robek-robek kertas bekas (usahakan kertas berwarna putih dan hindari kertas koran dan yang ada lapisan lilinnya) 2. Rendam kertas 3. Haluskan (bisa menggunakan blender) 4. Campur bubur kertas dengan pewarna (saya mengunakan pewarna makanan tapi lebih baik menggunakan pewarna tekstil) 5. saring dan peras 6. buat bulat-bulat kecil lalu pipihkan dengan menggunakan jari (jepit dengan jari telunjuk dan jempol) hingga berbentuk kelopak 7. Jemur hingga kering 8. Rapihkan ujung-ujung kelopaknya 9. Rangkai menyerupai bunga di atas pigura, box atau kartu ucapan

Eceng Gondok

Eceng gondok termasuk dalam gulma perairan. Daunnya berbentuk bulat telur dengan tangkai berbentuk silender memanjang hingga 1 meter, dengan diameter 1-2 cm. Tangkai daunnya berisi serat kuat dan lemas serta mengandung banyak air. Eceng gondok dapat dikeringkan dan diberi warna untuk proses membuat kerajinan tangan. Akan lebih baik dalam proses penolahan material direndam dahulu dengan Asam Borat dengan perbandingan 30gram : 1 liter air agar lebih tahan lama dan melakukan pemutihan dengan H2O2 sebelum melakukan pewarnaan.